GET NOW

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 26 Maret 2011

Kenyataan Yang Tak Terlihat

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung, dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.
www.haxims.blogspot.com

Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya.

' Bagaimana perjalanan kali ini?'

' Wah, sangat luar biasa Ayah'

' Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin' kata ayahnya.

' Oh iya' kata anaknya

' Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya ayahnya.

Kemudian si anak menjawab.




' saya saksikan bahwa kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.

Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.

Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.

Kita memiliki patio sampai ke! halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh.

Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.

Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya.

Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.

Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.'

Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.

Kemudian sang anak menambahkan ' Terimakasih Ayah, telah menunjukan kepada saya betapa miskinnya kita.'

Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang. Membuat kita bertanya apakah yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta lebih.
Sekian


Fase "To Do", "To Have", Dan "To Be" Dalam Hidup


“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.



Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.

Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Memaknai hidup

Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!


Kisah Tentang Ibu Tua Yang Terlantar


Ini cerita dari Jepang kuno. Mudah2an bisa diambil hikmahnya...(cerita ini gw dapat dr buku pelajaran bhs Jepang)

Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.

"Bu, kita sudah sampai",kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.



Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.

Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".

Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.

Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jkalau ada waktu saja.

Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.



Belajar Melepaskan Apa yang Menjadi Milik Kita

Sesuatu yang telah diberikan, kita pikir itu MILIK kita
sesuatu yang telah didapatkah, kita pikir itu MILIK kita
sesuatu yang diperoleh, kita pikir itu adalah MILIK kita
semua MILIK kita, PUNYA kita dan menjadi HAK kita

Tanpa kita sadari begitu kita terpisah darinya
begitu sakit rasanya…
begitu dalam penderitaannya…
begitu besar kehilangannya
begitu dalam jurang kesedihannya….

Ia datang tanpa diundang…
Ia pun pergi tanpa berbekas…
Ia yang datang dan pergi semua bukan milik kita
dan tidak perlu kita menderita karena melekatinya


selagi bersama, bahagialah
selagi memiliki, hargailah
selagi ada, rasakanlah

sewaktu berpisah, kenanglah
sewaktu pergi, relakanlah
sewaktu kehilangan, lepaskanlah.

Saat jodoh telah berakhir, relakanlah, lepaskanlah…
Setiap orang terlahir di dunia ini dengan tangan kosong.
Ketika perannya berakhir,
sampai di sanalah skenario kehidupannya.

Pola Pikir

Sebelum sang ayah menghembuskan nafas terakhir, dia memberi pesan kepada kedua anaknya, “Anakku, ada 2 pesan penting yang ingin ayah sampaikan kepada kalian untuk keberhasilan hidupmu. Pertama, jangan pernah menagih piutang kepada siapapun. Kedua, jangan pernah tubuhmu terkena terik sinar matahari secara langsung.”

Sang anak pun bingung dengan pesan ayahnya, dan akhirnya sang Ayah pun pergi untuk selama-lamanya.

Lima tahun berlalu, sang ibu pun menengok si bungsu dengan kondisi bisnisnya yang sangat memprihatinkan, sang ibu pun bertanya “Wahai anak bungsuku kenapa kondisi bisnismu demikian?”

Si bungsu menjawab: “Aku mengikuti pesan ayah, Bu.. Saya dilarang menagih piutang ke siapa pun sehingga banyak piutang yang tidak di bayar dan lama-lama habislah modal saya, yang ke-2 ayah melarang saya terkena sinar matahari secara langsungg dan saya hanya punya sepeda motor, itulah sebabnya pergi dan pulang saya selalu naik taxi.”

Kemudian sang ibu pergi ke tempat si sulung kali ini keadaan berbeda jauh si sulung sukses menjalankan bisnisnya. Sang ibu pun bertanya, “Wahai sulung kenapa hidupmu sedemikian beruntung?”

Sulung pun menjawab, “Ini karena aku mengikuti pesan ayah, Bu.. Yang pertama saya dilarang menagih piutang kepada siapapun. Oleh karena itu saya tidak pernah memberikan utang kepada siapapun sehingga modal saya tetep utuh. Kedua saya dilarang terkena sinar matahari secara langsung, maka dengan motor yang saya punya saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam. Sehingga para pelanggan tahu toko saya buka lebih pagi dan tutup lebih sore.”

Note: Si Sulung dan Si Bungsu menerima pesan yang SAMA, namun masing2 memiliki sudut pandang / MINDSET berbeda. Mereka MELAKUKAN cara yang berbeda sehingga mendapatkan HASIL yang berbeda pula.

Hati2lah dengan Mindset kita.

Pedoman Hidup

Pedoman hidup / ajaran yang harus selalu diingat dan dilaksanakan untuk mencapai kesuksesan / kebahagiaan dalam hidup.

1. Jika sudah terjadi masalah, tidak harus dihindari (bingung), tapi harus
dihadapi dengan tenang (dipikirkan jalan keluarnya) dan pasti selesai / ada
jalan keluarnya.
2. Menghadapi semua hal tidak boleh berpikir negatif, seperti: Saya tidak bisa,
tidak mampu dst. Tapi selalu berpikir positif, seperti: Saya bisa, pasti ada
jalan keluar dan lainnya.
3. Susah dan senang semuanya tergantung pikiran saja!! Pikiran adalah pelopor!!
Jadi jaga pikiran kita baik-baik, jangan pikir yang jelek / negatif, selalu
berpikir yang positif / baik.
4. Segala kesulitan / kesusahan akan berakhir, sebesar apa pun masalahnya akan
selesai dengan berjalannya waktu. Seperti pepatah mengatakan, “Tak ada pesta
yang tidak berakhir.”
5. Menurut penelitian di Amerika, orang berhasil / sukses 85% ditentukan oleh
sikap / perilaku / attitude, 15% baru ditentukan keterampilan. Jadi sikap kita
dalam hidup ini sangat penting.
6. Segalal sesuatu berubah (annica). Kita tidak perlu susah, misalnya sekarang
susah, selanjutnya pasti berubah jadi senang. Sekarang ada orang yang idak
senang pada kita, suatu saat nanti akan baik juga.

7 Hukum karma berarti berbuat baik akan mendapatkan hasil baik dan sebaliknya. Seperti tanam padi pasti panen padi. INGAT!! Usahakan setiap saat berbuat (TANAM) kebaikan agar mendapatkan (PANEN) kebaikan, jangan melakukan kejahatan!!
8 Kesehatan adalah paling nomor satu (berharga). Jaga kesehatan kita dengan olah raga, istirahat yang cukup dan jangan makan sembarangan.
9 Hidup ini penuh dengan masalah / persoalan / penderitaan. Jadi kita sudah tahu tidak mungkin selalu lancar / tenang. Siapkan mental, tabah, sabar dan tenang untuk menghadapinya. Itulah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.
10 Masa depan seseorang sangat tergantung pada sikap dan buku-buku yang dibaca. Jadi membaca sangat penting dan menentukan masa depan seseorang.
11 Jangan membicarakan kejelekan orang lain karena kita akan dinilai jelek oleh orang yang mendengarkannya.
12 Pergaulan sangat penting dan merupakan salah satu kunci sukses. Jika bergaul dengan orang baik, kita akan menjadi baik, jika bergaul dengan orang jahat, kita akan menjadi jahat. Maka bertemanlah dengan orang baik.
13 Budi orang tua, tidak dapat dibayar dengan apa pun juga (menurut ajaran agama). Jadi kita harus seslalu ingat, patuh / sayang, berbakti pada orang tau dan menjaga nama baik keluarga.
14 Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi janganlah minder dengan kekurangan kita, tapi kembangkanlah potensi kelebihan kita.
15 Jangan mempertentangkan / memperdebatkan hal-hal kecil yang tidak berguna dengan siapa pun juga.
16 Dalam keadaan bingung / marah / takut / susah / tidak tenang, cara mengatasinya adalah tarik napas dalam-dalam terus menerus dalam keadaan mata dan mulut tertutup (bernapas keluar masuk melalui hidung), sampai kita tenang. Bisa juga dilakukan dalam keadaan mata terbuka.
17 Kunci sukses dalam hidup ini, selalu bersemangat, berusaha, disiplin, sabar, bekerja keras, rajin berdoa / sembahyang, banyak berbuat baik dan tidak boleh berputus asa.

Efek Buruk Pikiran Negatif Bagi Kesehatan

Masaru Emoto dalam bukunya (Efek kesehatan dari pikiran negatif) :

Jika sering membiarkan diri kita stress maka kita akan mengalami gangguan pencernaan.
Jika sering khawatir, kita bisa terkena sakit punggung.
Jika mudah tersinggung maka kita akan terkena insomnia (susah tidur).
Jika sering kebingungan, akan terkena sakit tulang belakang bagian bawah.

Jika sering membiarkan rasa takut yg berlebihan, akan mudah terkena penyakit ginjal.
Jika suka cemas akan diikuti sakit dyspepsia (sulit mencerna).
Jika suka marah bisa sakit hepatitis.
Jika sering apatis/acuh terhadap lingkungan, bisa mengakibatkan vitalitas melemah.
Jika sering tidak sabar, bisa mengakibatkan diabetes (sakit gula).
Jika sering merasa kesepian, bisa mengakibatkan sakit demensia senelis (memori & kontrol fungsi tubuh berkurang).
Jika sering bersedih, bisa menderita leukemia.

Maka dari itu, mari kita pelihara hati yg gembira, bersyukur dan selalu “Positive Thinking”.

Triple Filter Test Socrates

Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat. Suatu hari seorang kenalannya bertemu dengan filsuf besar itu dan berkata, “Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?”

“Tunggu beberapa menit,” Socrates menjawab. “Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan meberikan suatu test sederhana. Ini disebut Triple Filter Test.”

“Triple filter Test?”
“Benar,” kata Socrates.
“Sebelum kita bicara tentang teman saya, saya kira bagus kalau kita mengambil waktu beberapa saat dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah ebabnya saya menyebutnya triple filter test.”

“Filter petama adalah KEBENARAN. Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya benar?”
“Tidak,” jawab orang itu, “Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu.”
“Baik,” kata Socrates. “Jadi Anda tidak yakin bila itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua,
filter KEBAIKAN. Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?”

“Tidak, malah sebaliknya.. .”
“Jadi,” Socrates melanjutkan, “Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu esempatan lagi karena masih ada sattu filter lagi,
yaitu filter KEGUNAAN. Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?”

“Tidak, sama sekali tidak.”
“Jadi,” Socrates menyimpulkannya, “Bila Anda ingin mengatakan sesuatu yang belum tentu benar , buruk dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya kepada saya?”

Itulah mengapa Socrates adalah filsuf besar dan sangat terhormat.

Keputusan Yang Tepat dan Salah

Sir, What is the secret of your success?” a reporter asked a bank president.
“Two words,” the bank president replied.

“And, Sir,what are they?”
“Right decisions.”

“And how do you make right decisions?”
“One word.”

“And,sir, What is that?”
“Experience.”

“And how do you get Experience?”
“Two words”

“And, Sir, what are they?”
“Wrong decisions”

Terjemahannya:
Seorang reporter bertanya kepada seorang presiden direktur sebuah bank, “Pak, apa rahasia kesuksesan Anda?”
“Tiga kata,” jawabnya.

“Apa itu Pak?”
“Keputusan yang tepat”

“Bagaimana Anda membuat keputusan yang tepat?”
“Satu kata.”

“Apa itu Pak?”
“Pengalaman.”

“Dan bagaimana Anda mendapatkan pengalaman?”
“Tiga kata.”

“Apa itu Pak?”
“Keputusan yang salah.”

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More